MIFTAKHUL FAHAMSYAH, Halmahera Selatan
=====================================
Lokasinya di belakang perkampungan padat di Amasing Kota, Labuha, ibu
kota Halmahera Selatan, yang tidak jauh dari laut Halmahera. Layaknya
perkampungan nelayan, rumah-rumah di tempat itu juga saling berimpitan.
Di antara rumah-rumah tersebut, terdapat gang sempit yang lebarnya tidak
lebih dari 2 meter.
Sepintas, tidak ada yang menarik dari lokasi tersebut. Apalagi
jemuran pakaian tergantung di sana-sini. Terkesan kumuh. Tetapi, siapa
sangka, di perkampungan itu terdapat jembatan "mahal" yang menghubungkan
antarkampung tersebut.
Jembatan selebar 2,5 meter itu dicat kombinasi kuning-biru. Lantainya
berwarna hijau. Lantai hijau itulah yang ternyata merupakan
bongkahan-bongkahan batu bacan.
Sebagaimana diketahui, di dunia batu akik, batu bacan merupakan salah
satu yang banyak dicari penggemar akik. Bukan hanya kolektor dalam
negeri, banyak pencinta batu akik dari Tiongkok, Korea Selatan, dan
Hongkong yang juga berburu batu bacan. Karena itu, tidak heran bila
harganya melambung hingga puluhan juta rupiah. Batu bacan dihargai mahal
lantaran batu itu dianggap "hidup".
"Saya memang sengaja meletakkan batu bacan di jembatan ini," ungkap
Muhammad Abusama, penggagas sekaligus penyandang dana pembangunan
jembatan yang didirikan di atas Sungai Inggot tersebut, Minggu (17/5).
"Dengan jembatan ini, saya ingin memudahkan orang melihat batu bacan kalau datang ke pulau ini," tambah pria 49 tahun tersebut.
Tidak seperti pemahaman orang selama ini, batu bacan justru tidak
terdapat di Pulau Bacan. Batu mulia tersebut hanya bisa ditemukan di
Pulau Kasiruta, Halmahera Selatan. Untuk mencapai Kasiruta, dibutuhkan
waktu 3"4 jam dengan menggunakan kapal motor dari Pulau Bacan.
Kalau naik speedboat, perjalanan bisa lebih cepat, sekitar 2 jam. Di
Kasiruta itulah terdapat Kampung Doko dan Palamea yang selama ini
dikenal sebagai penghasil batu bacan dengan varian berbeda.
Abusama menyatakan, setiap tamu yang datang ke Labuha atau Pulau
Bacan selalu ingin tahu tambang batu bacan yang dikenal hingga luar
negeri itu. Tapi, si tamu pasti kecewa karena di Pulau Bacan tidak
terdapat batu bacan.
Untuk melihat langsung tambang batu mulia tersebut, pengunjung harus
ke Pulau Kasiruta yang tidak setiap saat bisa terlaksana. Sebab, kapal
motor yang akan menyeberangkan hanya beroperasi pada hari-hari tertentu.
"Karena itu, saya bangun jembatan dari batu bacan ini di depan rumah
saya ini. Biar pengunjung yang datang di Pulau Bacan tidak harus
menyeberang ke Kasiruta untuk melihat batu bacan secara langsung," jelas
mantan wakil ketua DPRD Halmahera Selatan tersebut.
Jembatan kecil itu dibangun pada pertengahan 2011. Momen pembongkaran
jembatan kayu yang sudah rapuh oleh Kesultanan Bacan menginsipari
Abusama untuk mengganti jembatan itu dengan batu bacan pada lantainya.
Memang, Abusama berusaha mempertahankan konstruksinya yang tetap
menggunakan kayu. Hanya lantainya yang diganti batu bacan dan batu kali
di pinggirnya.
Setelah disetujui pihak kesultanan, Abusama membangun kembali
jembatan itu. Hanya, lokasinya digeser sekitar 50 meter dari posisi
jembatan lama atau persis di depan rumahnya.
"Bersama beberapa tetangga, saya lalu mengambil batu bacan dari
Kasiruta dengan menggunakan speedboat saya. Saat itu, kami dapat membawa
38 karung," terangnya.
Abusama menegaskan, saat itu penduduk asli Pulau Bacan diperbolehkan
mengambil batu bacan. Sebab, ketika itu batu bacan belum booming dan
belum ada aturan khusus dari pemerintah.
"Saat kami ambil, warna batunya masih hitam. Bongkahan batu itu lalu
dipotong-potong dengan ketebalan 22 cm untuk dipasang sebagai lantai
bagian tengah jembatan," paparnya.
Pembangunan jembatan tersebut berjalan lancar. Warga sekitar, baik
yang tinggal di Amasing Kota maupun Amasing Kota Utara, bahu-membahu
mengerjakan jembatan tersebut. Dalam waktu sekitar dua bulan, jembatan
sepanjang 38 meter itu pun rampung.
"Delapan bulan setelah jembatan jadi, warna batu bacan di jembatan
ini baru terlihat hijau. Itu seiring dengan gesekan kaki, sandal, dan
sepatu warga yang lewat," ujarnya. Namun, jembatan itu hanya bisa
dilalui pejalan kaki. Sepeda maupun sepeda motor tidak diperbolehkan
melintasinya karena dikhawatirkan merusak lantai jembatan.
"Jadi, jembatan ini khusus untuk pejalan kaki. Warga bisa
memanfaatkan untuk berolahraga atau terapi karena batu kali di
pinggir-pinggirnya dipasang agak menonjol," jelasnya.
Karena manfaatnya itu, warga sekitar jembatan merasa memiliki
jembatan tersebut. Mereka turut menjaga jembatan itu agar terawat dengan
baik. "Semangat itu pula yang membuat batu bacannya tetap utuh. Tidak
ada yang berani mencukil. Warga ikut mengawasi jangan sampai ada orang
yang mencuri," tegas anggota DPRD Halmahera Selatan tersebut.
Memang, melihat sedang booming-nya batu bacan saat ini, orang bisa
saja tergoda untuk mengambilnya dari lantai jembatan. Apalagi harganya
yang selangit. Batu bacan seukuran kuku jari kelingking saja kini
dihargai sekitar Rp 1 juta. Apalagi bongkahan-bongkahan batu bacan
seperti yang dipasang di jembatan selebar 2,5 meter tersebut. Harganya
pasti lebih mahal."
"Mahal atau tidak, itu bergantung persepsi orang. Karena itu pula,
ketika ada yang tanya berapa biaya untuk membangun jembatan ini atau
berapa nilai batu bacan di jembatan ini, saya tidak pernah tahu," tegas
Abusama.
Legislator dari Partai Golkar itu menambahkan, dirinya tidak pernah
menghitung uang yang sudah dikeluarkan untuk membangun dan memelihara
jembatan tersebut. Dia juga tidak pernah tergelitik untuk menghitung
nilai batu bacan yang terpasang di jembatan yang dibangunnya itu. Yang
dipikirkan hanya cara merawat jembatan tersebut agar terus bermanfaat
bagi masyarakat.
"Saya juga ingin terus mempercantik kawasan sekitar jembatan agar
tertata lebih rapi sehingga bisa menjadi destinasi wisata," ungkapnya.
Untuk itu, Abusama berniat membebaskan lahan milik warga yang
menjadi akses ke jembatan. Dengan begitu, jalan ke jembatan bisa
diperlebar. "Tentunya agar bisa lebih dilihat. Tidak seperti sekarang,
akses dari Amasing Kota begitu sempit sehingga kurang terlihat," tandas
keturunan Kesultanan Bacan tersebut. (*/c5/ari/jpnn)
SUMBER:
http://kalteng.prokal.co/read/news/19742-melihat-jembatan-kecil-nan-mahal-di-pulau-bacan-halmahera-selatan