Senin, 14 November 2016

Jembatan Atas Laut

Jembatan Atas Laut di Papua Bakal Rampung 2018

Liputan6.com, Jakarta - Kemajuan Pembangunan Jembatan layang Holtekamp di Jayapura, Papua, sepanjang 732 meter telah mencapai 12 persen. Jembatan yang ditargetkan rampung 2018 tersebut sudah memasuki tahap pemasangan tiang pancang di atas laut.

Kepala Balai Jembatan Wilayah X Papua Oesman H Marbun mengatakan, keberadaan Jembatan Holtekamp ini memiliki nilai strategis dan kontribusi positif, antara lain sebagai solusi terhadap kepadatan kawasan perkotaan, permukiman, dan kegiatan perekonomian di dalam kota Jayapura. 

Selain itu juga sebagai jembatan untuk mendorong hubungan perekonomian antara Indonesia dan Papua New Guinea yang selama ini telah berjalan melalui pintu perbatasan Negara di Skouw.

Nilai strategis lainnya yaitu adanyaintergasi pengembangan potensi pariwisata yang cukup besar di sepanjang trase jalan diantaranya tempat-tempat pariwisata Pantai Hamadi, Teluk Youtefa, Pantai Holtekam, dan Pintu Perbatasan RI-PNG.
Jembatan Layang Holtekamp yang menjadi komponen penting dari jaringan jalan Trans Papua sepanjang 4.325 kilometer dibangun untuk mempersingkat jarak dan waktu tempuh dari Jayapura ke Muara Tami.

Ia menambahkan, jembatan yang dibangun di atas laut, tepatnya Teluk Youtefa dan mempunyai tingkat kesulitan serta risiko yang tinggi tersebut ditargetkan akan selesai pada 2018.

“Pembangunan jembatan ini telah dimulai pada 9 Mei 2015 lalu sejak peletakkan batu pertama oleh Presiden Joko Widodo dengan nama resmi Jembatan Layang Hamadi-Holtekamp,” ujarnya.

Ia menyampaikan bahwa Jembatan Layang Holtekamp bisa mempersingkat waktu tempuh dari kota Jayapura menuju Skow, Distrik Muara Tami yang menjadi wilayah perbatasan RI-Papua New Guinea.

“Dari kawasan pemerintahan (Jayapura) ke Muara Tami jaraknya 50 kilometer dengan waktu tempuh 2,5 jam karena harus memutar teluk, jika ada jembatan ini, jaraknya bisa dipangkas jadi hanya 33 kilometer, dengan waktu tempuh hanya 1,5 jam,” katanya.

Ia menjelaskan, biaya pembangunan jembatan ini diperkirakan mencapai Rp 1,5 triliun yang didanai secara patungan (cost sharing) dari APBN sepanjang 433 meter (jembatan PCI Girder 1 bentang dan jembatan bentang utama). Sementara dari APBD Provinsi Papua sepanjang 895 meter (Jembatan PCI Girder 9 bentang dan Pile Slab), kemudian APBD Kota Jayapura 7,9 meter (Jalan akses sisi Hamadi dan Holtekamp).

Untuk Konsorsium yang menangani jembatan ini adalah PT Pembangunan Perumahan (Persero), PT Hutama Karya, dan PT Nindya Karya. Kemudian untuk material pembangunan jembatan ini sebagian diambil dari Provinsi Bitung seperti batu pecah.

Karena, menurutnya, untuk mendapatkan mutu beton K500 itu membutuhkan keausan (tingkat kehancurannya) tidak boleh lebih dari 20 persen. “Batu yang ada di Jayapura ini tidak memungkinkan, makanya kita membutuhkan dan mengambil dari Provinsi Bitung, sedangkan pasirnya diambil dari sini (Papua),” tuturnya. ‎(Yas/Gdn)

Rabu, 09 November 2016

JEMBATAN TAYAN

Sudah Diresmikan Jokowi, Raja Sayangkan Nama Jembatan Tayan

RABU, 23 MARET 2016 | 06:05 WIB
Sudah Diresmikan Jokowi, Raja Sayangkan Nama Jembatan Tayan
Jembatan Tayan, Senggau, Kalimantan Barat. (Dok. Kementerian PU)
TEMPO.COJakarta - Jembatan Tayan di Senggau, Kalimantan Barat, yang diresmikan Presiden Joko Widodo, Selasa, 22 Maret 2016, ternyata menimbulkan sedikit ganjalan, yaitu masalah namanya.

 "Kami warga Tayan sangat berterima kasih dengan peresmian jembatan ini. Jembatan ini merupakan mimpi panjang masyarakat Tayan. Namun pemberian nama jembatan sayangnya kurang mempertimbangkan masyarakat Tayan," kata Raja Tayan, Gusti Yusri, Saret 2016

Raja yang bergelar Pakunegara XIV ini menyatakan, Gubernur Kalimantan Barat, Cornelis, seharusnya mempertimbangkan usulan nama yang diinginkan warga Tayan.

"Setidaknya ada tiga nama jembatan yang diusulkan oleh masyarakat Tayan, yaitu Permata, akronim dari Persaudaraan Masyarakat Tayan, Jembatan Pusaka Piasa Pulau Kawat dan ketiga, Gusti Lekar Ucik Periok, yang merupakan istri dari raja pertama Tayan," kata Gusti.

Istri Raja Tayan pertama merupakan suku Dayak. "Kalau kita berpikir historisnya, jadi jembatan ini mengakomodir dua suku dominan di Kalbar yakni Melayu dan Dayak," katanya. Secara geografis, jembatan ini juga menghubungkan antara dua wilayah dengan suku yang heterogen.


Gusti menambahkan, jembatan ini urat nadi yang menghubungkan seluruh Kalimantan melalui jalan lintas Kalimantan. Selain itu, Pemerintah harus segera menyusun tata ruang agar lingkungan tidak semrawut.

"Karena gejala-gejala sudah ada. Jika tata ruang kota Tayan sudah rampung, Tayan akan menjadi sentralnya," katanya. Potensi Tayan sendiri adalah keberadaan pabrik Alumina milik PT Antam. Selain itu, ada pula Keraton Tayan yang bangunannya masih relatif asli sejak jaman Jepang. Di depannya mengalir Sungai Kapuas yang merupakan alur nadi transportasi utama sejak jaman dulu.

SUMBER :https://m.tempo.co/read/news/2016/03/23/058756164/sudah-diresmikan-jokowi-raja-sayangkan-nama-jembatan-tayan

7 JEMBATAN TERUNIK TAPI EKSTRIM

7 Jembatan Terunik tapi Ekstrem yang Ada di Dunia. Berani Lewat?

11 October 2015 By 
Jembatan merupakan sebuah bangunan yang dibangun melintang, biasanya akan menghubungkan dua tempat yang saling terpisahkan oleh jurang, sungai ataupun jalan raya. Fungsinya sendiri tidak lain adalah untuk para pejalan kaki, kendaraan ataupun kereta api agar bisa menyebrangi jurang, sungai ataupun jalan raya tadi.
Jika yang sering kamu lihat bentuk jembatan hanya lurus-lurus saja, rasanya kamu perlu lihat bentuk jembatan yang sangat unik dan juga ekstrem ini. Bahkan saking uniknya, jembatan ini ada yang dijadikan sebagai wahana bermain. Mari kita simak selengkapnya di bawah ini.

1.Jembatan Storseisundet di Norwegia

Jembatan Storseisundet ini menghubungkan daratan Norwegia dan Pulau Averoya. Bisa dibilang jembatan ini adalah yang paling mengerikan di dunia. Bagaimana tidak, jembatan ini dibentuk melengkung dengan lengkungan yang sangat curam.
Storseisundet Bridge
Storseisundet Bridge [imagesource]
Karena terdapat sebuah ilusi optik, jembatan yang juga disebut ‘Jembatan Mabuk’ ini juga cukup berbahaya bagi yang pertama kali melintasinya. Jika dilihat dari kejauhan, kendaraan yang melintasi jembatan ini seakan-akan terputus di tengahnya.

2.Twist Bridge di Belanda

Di Belanda juga terdapat sebuah jembatan yang memiliki sebuah ilusi optik pada bangunannya. Bangunan dari jembatan ini seakan-akan terlihat berputar dan seperti akan runtuh ke sungai yang ada di bawahnya. Karena itulah jembatan ini dinamakan ‘Twist Bridge’.
Twist Bridge
Twist Bridge [imagesource]
Jika melewati jembatan ini dengan cepat sambil memperhatikan alur, kita akan merasa pusing. Tapi bukannya di protes, tempat ini justru malah begitu menarik perhatian warga maupun turis. Jembatan ini pun kini dinobatkan sebagai jembatan terindah di Belanda.

3.Jembatan Langkawi Sky di Malaysia

Mau yang lebih ekstrim lagi? Jembatan Langkawi Sky yang ada di Malaysia ini patut kamu coba nih. Jembatan ini digantung dengan kabel-kabel yang terbuat dari baja pada sebuah tiang besar. Lokasinya berada di puncak Gunung Mat Chinchang dengan ketinggian kurang lebih 2300 kaki.
Langkawi Sky Bridge
Langkawi Sky Bridge [imagesource]
Jembatan ini menghubungkan dua buah gunung yang berdekatan dan melintangi sebuah jurang di bawahnya. Bentuknya melengkung dengan panjang 125 meter dan lebar 1,5 meter. Karena bentuk dan lokasinya yang tak biasa, Jembatan Langkawi Sky masuk ke dalam daftar jembatan terunik di dunia.

4.Jembatan Balon Helium

Jembatan bisa terbang? Tentu saja bisa. Di Inggris ada sebuah jembatan yang bisa terbang karena dikaitkan dengan tiga balon helium. Jembatan itu sendiri dibangun melintangi sebuah danau di Inggris. Kamu bisa membayangkan tidak, seperti apa rasanya saat menaiki jembatan ini?
Helium Bridge
Helium Bridge [imagesource]
Saat melintasi jembatan Balon Helium ini kita akan bergoyang-goyang. Ekstremnya lagi di jembatan ini belum difasilitasi keamanan yang baik. Jadi, kita harus pintar-pintar mengatur keseimbangan tubuh kita sendiri nih readers. Berani coba melewatinya?

5.Jembatan Trampolin di Paris

Kalau jembatan yang satu ini tidak hanya ekstrem tapi juga menyenangkan. Untuk menyebrangi jembatan ini, kita harus meloncat-loncat hingga sampai ke tujuan. Jembatan ini berdiri melintang di atas Sungai Seine, tidak jauh letaknya dari Menara Eiffel yang ada di Paris.
Trampolin Bridge
Trampolin Bridge [imagesource]
Jembatan Trampolin ini berbentuk tiga buah pelampung berbentuk donat yang berjejer. Sangat mengasyikkan bukan? Tapi bagaimana yaa jika loncat terlalu tinggi dan kita terlempar keluar?. Tenang saja, karena setiap penyebrang akan dipinjamkan sebuah jaket pelampung nih readers.

6.Jembatan Blinking Eye di Inggris

Jembatan ini sebenarnya bernama ‘Gateshead Millenium’. Sering disebut ‘Blinking Eye Bridge’ karena bentuk dari jembatan ini mirip sekali dengan mata dan kelopak mata yang hendak berkedip. Lokasinya berada di atas sungai Tyne di Inggris.
Blinking Eye Bridge
Blinking Eye Bridge [imagesource]
Uniknya lagi, jembatan ini dapat berputar sebesar 40 derajat setiap 45 menit sekali, tergantung tiupan angin dan kapal yang akan melintasi sungai Tyne. Jembatan ini hanya bisa dilewati oleh pejalan kaki dan pengendara sepeda saja, karena tidak mampu menampung beban yang terlalu berat.

7.Jembatan Roller Coaster di Jerman

Jembatan yang satu ini bentuknya mirip sekali dengan wahana roller coaster, yakni melingkar dan juga meliuk-liuk seperti ular. Jembatan yang satu ini tidak digunakan untuk menyebrang, melainkan sebuah wahana untuk melihat keindahan seluruh kota dari ketinggian.
Roller Coaster Bridge
Roller Coaster Bridge [imagesource]
Tinggi dari jembatan ini sekitar 45 meter dan terdiri dari 249 langkah. Karena keunikannya, wahana ini sering sekali dikunjungi oleh para wisatawan asing. Untuk kamu yang takut menaiki wahana roller coaster, mungkin wahana yang satu ini bisa dijadikan sebagai sarana latihan.
Itulah tadi beberapa jembatan yang dibangun dengan bentuk yang sangat unik. Jembatan-jembatan ini sangat ekstrem dan juga berbahaya. Bahkan ada yang pernah memakan korban pada sebuah kecelakaan. Menurut readers sendiri, jembatan mana nih yang paling menantang untuk dilewati

SUMBER : http://www.boombastis.com/jembatan-paling-ekstrem/42498

Selasa, 19 Juli 2016

JEMBATAN GANTUNG LAMNGA

Jembatan Gantung Lamnga

sumber :http://tuloblang.blogspot.co.id/2013/12/jembatan-gantung-lamnga.html

lamnga, banda aceh, wisata, jembatan, hidayahsuni
Jembatan gantung di Lamnga,
Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar
Lamnga, sebuah desa yang terletak di Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar, sekitar 10 km dari pusat kota Banda Aceh. Ketika menuju ke arah Krung Raya, maka kita akan melihat sebuah jembatan gantung di sebelah kiri jalan. jembatan ini digunakan oleh masyarakat sebagai jalur transportasi untuk mencari nafkah. 
lamnga, banda aceh, wisata, jembatan, hidayahsuni, sunset
Magrib di Lamnga

lamnga, banda aceh, wisata, jembatan, hidayahsuni
Jembatan penyeberangan      

jembatan kuala bubon

Menyusuri Aceh di lintasan pantai Barat – Selatan Aceh memang akan memberi sebuah pengalaman dan hal yang baru. Mengingat daerah ini terbentang sangat luas dengan berbagai kultur dan aktivitas masyarakat yang bisa ditemui. Kontur wilayah ini didominasi oleh dataran rendah yang luas dengan hutan, rawa-rawa dan pantai. Selain itu juga bisa ditemukan daerah yang berbukit dan bergunung-gunung. Seperti di Geurutee, Calang, Trans, Tapaktuan, Gunong Kapoe dan Subulussalam.
Jembatan Kuala Bubon | Foto : acehblogger.or.id

Kota-kota di pantai Barat–Selatan masih terbilang kecil, namun pasca tsunami yang melanda Aceh pada 2004 silam, kota-kota di wilayah ini mulai menampakkan perkembangan yang pesat. Hal ini tidak lepas dari makin baiknya sarana transportasi yang melayani wilayah ini, baik transportasi darat, laut maupun udara.

Ada sebuah daerah yang memiliki keunikan dan menarik untuk disinggahi, karena disini rumah-rumah warga berada didalam air, tiang-tiangnya terpancang rapi di dalam air dengan jalan-jalan papan kayu yang menghubungkan ke setiap rumah. Ada sekitar ratusan rumah yang posisinya berada di dalam air, ditambah lagi perahu-perahu yang bersandar di pelabuhan yang tidak jauh dari jajaran rumah-rumah tersebut. Disini kebanyakan warganya menggantungkan hidup pada laut dan kebanyakan penduduknya berprofesi sebagai nelayan.
 Perumahan Kuala Bubon | Foto : Khairil Kasim

Kuala Bubon, begitulah nama sebuah ibukota kecamatan yang ada di Aceh Barat. Kota kecil yang dekat dengan laut ini, pernah benar-benar hilang pada saat tsunami menerjang. Tidak seperti kebanyakan pusat pemukiman lain yang ada di Aceh, pada umumnya berada di sekitaran pantai, bantaran sungai, lembah, maupun daratan. Disini kebanyakan rumah warga berada di atas perairan muara Kuala Bubon dengan tipe rumah yang seragam.

Bagi yang penarasan dengan bagaimana keramahan penduduk di disini, pengunjung dapat langsung mengunjungi dan berinteraksi dengan masyarakat, sambil mencoba serunya menjelajahi perumahan yang lantainya berada diatas perairan. Hal ini tidak tertutup kemungkinan bagi anda, kerena masyarakat di Kuala Bubon pun juga terkenal akan keramahannya.
 Jalan yang menghubungkan perumahan | Foto : Khairil Kasim

Sebelumnya untuk dapat menuju ke Meulaboh melalui daerah ini, harus menggunakan jasa perahu yang secara swadaya dibuat warga sekitar. Namun sekarang sudah jauh berbeda, kerena sebuah jembatan yang megah telah dibangun dan merupakan salah satu jembatan terpanjang yang ada di Aceh. Dari atas jembatan, para pengunjung dapat melihat dengan leluasa perumahan penduduk yang berjejer rapi didalam air dan hutan rawa yang menghijau sepanjang tahun. Selain itu, disebelahnya dapat disaksikan pantai dan lautan luas.

Bagi yang ingin mendapatkan oleh-oleh, tidak perlu khawatir, karena di Kuala Bubon juga ada oleh-oleh khas. Daerah ini merupakan sentra perikanan Aceh Barat, maka oleh-oleh yang patut dibawa pulang adalah eungkot masen alias ikan asin. Pengunjung dapat memilih tergantung keinginan, tersedia ikan teri, tuna, udang sabu, tongkol, kerapu, cumi atau gurita, semuanya tergantung selera anda.
 Dari atas jembatan Kuala Bubon | Foto : Khairil Kasim

Mungkin terlalu berlebihan jika saya sebutkan Kuala Bubon sebagai “Venesia dari Aceh”. Namun dari daya tarik dan keunikan yang dimiliki oleh daerah ini, kurang lebih sudah dapat mewakili kota Venesia yang ada di Italia, dengan rumah-rumah yang berada di dalam air seperti di Bubon. Selain itu, mengingat tidak ada tempat lain yang serupa dengan daerah ini.[]
 
SUMBER :
 http://www.planetwisata.com/2014/07/kuala-bubon-venesia-nya-aceh.html

JEMBATAN COT CALANG

Cot Calang, Keindahan yang Tersembunyi
 
 
SUMBER ;
 http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2014/01/07/71650/cot-calang-keindahan-yang-tersembunyi/#.V43x9HafjSg


Potensi Wisata Terabaikan Anak-anak bermain di bawah jembatan gantung Desa Cot Calang Kecamatan Sawang Aceh Utara, Senin, 6 Januari 2014. Desa yang memiliki potensi alam yang sangat indah dan bisa menjadi salah satu pemasok PAD Aceh Utara tersebut, terabaikan begitu saja. (medanbisnis/sugito tassan)
COT Calang merupakan satu desa yang sangat terpencil, terletak di Kecamatan Sawang, Kabupaten Aceh Utara, atau sekitar 30 km dari arah tenggara Kota Lhokseumawe. Walau letaknya sangat terpencil, namun kawasan itu menyembunyikan kekayaan alam yang cukup menjanjikan, terutama keindahan alamnya.
Betapa tidak, desa tersebut memiliki destinasi yang sangat fenomenal terutama bagi penggemar wisata alam. Desa yang dibatasi dengan Sungai Batu tersebut memiliki berbagai keindahan alam yang sangat menarik.

Melangkah ke sana, kita akan mendengar gemericik air Sungai Lembayung dan Sungai Inong, yang membentang dengan di kanan dan kiri sungai ditumbuhi pepohonan. Suasana hutan yang masih perawan.

Potensi keindahan alam tersebut makin lengkap dengan aneka hasil buminya. Komoditas unggulan di desa berpenghuni sekitar 1.300 jiwa itu adalah kopra dan pinang, yang selama ini kerap dipasarkan ke ibukota Kecamatan Sawang. Tak ketinggalan padi, karena di sana ada sekitar 60 hektare areal pertanaman padi yang kemungkinan akan bertambah lagi dengan sedang dibukanya sekitar 300 hektare areal sawah.

Jangan abaikan buah durian, karena setiap musim Desa Cot Calang kerap menyumbangkan buah durian di pasaran Bireuen dan Lhokseumawe. Durian Cot Calang rasanya berberbeda dengan durian daerah lain, sangat lemak, sehingga terkadang setelah makan satu buah sudah tidak sanggup lagi.

Itulah sejumlah potensi yang ada di Cot Calang, sehingga sangat memungkinkan kawasan itu menjadi destinasi wisata.

Tapi nyatanya, sejauh ini belum ada pembangunan atau investasi berarti di bidang pariwisata, karena memang penduduk kawasan tersebut melarang dilakukan kegiatan wisata karena dikhawatirkan menimbulkan maksiat.

Kepala Desa Cot Calang Abdul Manaf kondisi tersebut. "Sebenarnya secara pribadi kami berharap Pemerintah Aceh Utara bisa mengajak investor untuk berinvestasi di Cot Calang, terutama pengembangan obyak wisata Sungai Inong dan Sungai Lembayung. Kedua sungai itu juga dikenal dengan Sungai Batu, karena seluruh sungai dipenuhi bebatuan dengan air mengalir di sela-sela batu, airnya sangat jernih," paparnya kepada MedanBisnis, Senin (6/1).

Padahal, tambah Abdul Manaf, jika obyek wisata dibuka di sana, bukan tidak mungkin akan menguntungkan masyarakat sekitar sungai. "Jika pengunjung datang, apa saja yang kita jual akan laku, dari mulai makanan sampai souvenir. Bisa jadi masyarakat bisa mengembangkan usaha makanan, sehingga kawasan Cot Calang dan sekitarnya terkenal dengan obyek kuliner," katanya lagi.

Tetapi begitulah, keteguhan sikap sebagian masyarakatnya yang menentang pengembangan wisata membuat Cot Calang belum bisa dijual. Sejauh ini, masyarakat yang berkunjung ke Cot Calang sebatas menikmati buah durian, sambil memandangi sungai yang mengalir indah.
"Jika tidak musim durian, tak pernah ada orang dari luar datang ke Cot Calang," ujar Manaf. ( sugito tassan )S
                                                          

JEMBATAN GANTUNG KUALA BATEE

Kurang Perhatian, Jembatan Gantung di Kuala Batee Rusak Parah

PM, BLANGPIDIE– Kondisi Jembatan Gantung yang menghubungkan jalan menuju perkebunan rakyat di Ujong Kareng, Desa Keude Baro, Kecamatan Kuala Batee, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) sangat memprihatinkan. Pasalnya, lantai jembatan mulai lapuk termakan usia.
Selain itu, besi dinding jembatan juga sudah berkarat dan ada yang sudah patah. Sehingga, membuat badan jembatan miring sebelah dan mesti dilewati dengan hati-hati.
Fahmi, warga setempat, yang ditemui wartawan Sabtu (26/12), mengaku sangat prihatin dengan kondisi jembatan yang sudah puluhan tahun dibangun tersebut. Dikatakannya, jembatan itu perlu direnovasi kembali, agar tidak mengancam keselamatan warga atau petani yang melintas.
Menurut Fahmi, perlu hati-hati untuk melintasi jembatan itu. Di samping lantainya yang sudah lapuk, tali serta besi dinding jembatan juga sudah karatan. Petani setempat tidak bisa berbuat banyak, padahal jembatan itu merupakan satu-satunya akses tercepat menuju kebun mereka. Terutama, untuk mengangkut hasil panen para petani yang kebanyakan menanam sawit.
“Jangankan dilalui dengan roda dua, jalan kaki saja harus hati-hati,” ujar Fahmi.
Untuk itu, bersama dengan petani lainnya, Fahmi berharap, agar perhatian Pemerintah Daerah dan Provinsi Aceh, tertumpu pada perbaikan jembatan itu kembali. Apalagi, bangunan abudmen yang sudah berdiri kokoh di lokasi jembatan gantung tersebut dan tinggal menunggu kelanjutannya saja.
“Kepala jembatan memang sudah ada, akan tetapi sejak tahun 2008 silam hingga sekarang tidak dilanjutkan lagi. Kami berharap, abudmen yang sudah berdiri tersebut segera dilanjutkan,” tuturnya.
Hal senada diutarakan Sufrijal Yusuf, yang juga warga setempat. Disebutkannya,  perbaikan jembatan itu harus mendapat perhatian serius dari pemerintah. Selain kondisinya sudah lama terlantar, juga merupakan satu-satunya akses bagi petani sawit di wilayah itu.
“Sudah selayaknya jembatan itu dibangun baru, baik oleh pemerintah provinsi maupun pemerintah setempat. Sebab, ini menyangkut hajat hidup ratusan petani sawit di wilayah tersebut,” ungkapnya.
Terkait hal itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Abdya, Rahwadi, belum bisa dikonfirmasi karena nomor yang dituju sedang tidak aktif. Sementara Kabid Bina Marga setempat juga belum menjawab sambungan telpon, meskipun nomor yang dituju dalam keadaan aktif. [PM007]

SUMBER :
 http://pikiranmerdeka.co/2015/12/26/kurang-perhatian-jembatan-gantung-di-kuala-batee-rusak-parah/

JEMBATAN RANTO PANYANG

Jembatan Ranto Panyang Memprihatinkan
Minggu, 4 November 2012 20:53 WIB
0
051112foto_8.jpg
SERAMBI/RIZWAN
Mobil melintasi jembatan antarkecamatan yang terbuat dari batang kelapa di Desa Ranto Panyang Kecamatan Woyla, Aceh Barat, Minggu (4/11).


MEULABOH - Jembatan yang terbuat dari batang kelapa di Desa Ranto Panyang, Kecamatan Woyla, Aceh Barat, kondisinya memprihatinkan. Masyarakat setempat mengharapkan jembatan yang menghubungkan Kecamatan Woyla dengan Kecamatan Woyla Barat itu dibangun permanen.

Anggota DPRK Aceh Barat, H Amri HR SE kepada Serambi, Minggu (4/11) mengatakan, kondisi jembatan itu batang kelapa sudah dirasakan puluhan tahun lalu dan belum pernah dibangunkan permenan. Padahal jalan di sana sudah beraspal, tetapi jembatan masih menggunakan pohon kepala.  “Memang sudah diusulkan untuk dibangun tahun depan dan harapan kita itu benar-benar direalisasi, sehingga jalur antarkecamatan itu tidak terganggu lagi,” ujarnya.

Anggota dewan asal Woyla ini menyampaikan, panjang jembatan 12 meter dan selama ini juga kerap menyebabkan warga terperosok serta sangat sulit dilintasi armada roda empat. Sehingga untuk sementara waktu perlu ditanggulangi secara darurat sambil menunggu dibangun permanen yang sudah dijanjikan oleh pemerintah melalui dana Otsus tahun 2013 mendatang.

“Jembatan itu sebagai urat nadi masyarakat di dua kecamatan ketika saling melintasi sehingga butuh perhatian dari Pemkab Aceh Barat sehingga selain harus dibangun tahun depan juga ditanggulangi secara darurat sehingga jalur itu tetap lancar,” katanya.(riz)
 
SUMBER :
 http://www.prohaba.co/2012/11/04/jembatan-ranto-panyang-memprihatinkan#.V43vJHafjSg