ASSALAMUALAIKUM WR.WB
Sejarah Jembatan Cindaga lama sebelum runtuh DI jalur selatan antara Kecamatan Rawalo dan Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas,
terdapat dua jembatan yang berjajar membentang di atas Sungai Serayu.
Kedua jembatan itu berada di Desa Cindaga Kecamatan Kebasen.
Jembatan tua yang membentang di sisi utara disebut jembatan Soekarno,
sedangkan yang berada di sisi selatan disebut jembatan Soeharto.
Jembatan Soekarno atau Cindaga A dibangun pada tahun 1928, merupakan
hasil karya Ir Soekarno . Jembatan ini dibangun tiga tahun setelah
Soekarno lulus dari Technische Hochschule Bandung (sekarang ITB).
Karya tersebut menunjukkan bahwa Soekarno Presiden pertama RI,
bukan saja seorang poltikus,
melainkan juga seorang ahli bangunan.
Jembatan Cindaga merupakan salah satu karya monumentalnya.
Jembatan Cindaga karya Ir Soekarno itu, benar-benar teruji dan mampu bertahan hingga 65 tahun.
Pada masa Perang Dunia II, jembatan Soekarno pernah dibom oleh Jepang,
tetapi kemudian dibangun kembali.
Sisa pondasi jembatan lama masih tampak kalau air sedang surut.
Jembatan ini mampu bertahan hingga tahun 1993.
Jembatan baru pengganti jembatan Soekarno itu dibangun di sebelahnya, disebut sebagai jembatan Cindaga B.
Namun masyarakat menyebutnya sebagai jembatan Soeharto
karena dibangun pada masa kepemimpinan Soeharto tahun 1993 dan rampung tahun 1998.
Total panjang jembatan ini 214 meter.
Pada lembaran hitam sejarah nasional, jembatan Cindaga konon menjadi
tempat eksekusi bagi mereka yang terlibat Peristiwa G 30 S /PKI tahun
1965.
Banyak tokoh partai yang akhirnya dilarang itu, tewas dan dihanyutkan dari atas jembatan ini.
Namun tidak pernah ada dokumen resmi yang mengungkap peristiwa jembatan Cindaga tersebut.
Tempat Wisata Seorang pensiunan karyawan Pemkab Banyumas, Bambang Purwoko BA (61),
memiliki dokumen jembatan Cindaga yang asli, ketika baru selesai
dibangun. Di sisi utara jembatan itu terdapat dua jembatan besi
lengkung.
Salah satunya merupakan jembatan kereta api SDS (kereta api lembah sungai Serayu).
Kereta api SDS yang lewat jembatan ini adalah jurusan Purwokerto-Maos lewat Sampang.
Jalur kereta api ini sudah ditutup sejak lama.
Dua jembatan lengkung itu juga sudah dibongkar.
Jembatan Cindaga yang asli pun hanya cukup untuk lewat dua dokar yang berpapasan.
Pemkab Banyumas pernah merencanakan jembatan ini dijadikan Cindaga Rest Area,
untuk beristirahat para pengguna jalan antara Bandung-Yogyakarta.
Di atas jembatan kuno ini dibangun restoran, café dan tempat penjualan cendera mata.
Selain itu juga dijadikan tempat kunjungan wisata,
dikaitkan dengan program Serayu River Voyage.
Namun sampai saat ini belum ada investor yang tertarik untuk mengembangkannya.
Jembatan yang sudah berusia 82 tahun ini,
sekarang dimanfaatkan oleh para pehobi mancing.
Tiap hari puluhan orang memancing dari atas jembatan, untuk mendapatkan ikan kali yang terkenal gurih rasanya.
Tak jauh dari pondasi jembatan para penambang pasir mengadu nasib
dengan menggantungkan hidupnya dari Sungai Serayu.
Mereka tidak menghiraukan bahwa penambangan itu bisa merusak jembatan yang memiliki nilai sejarah tersebut.
Tulisan ini dimuat di Suara Merdeka/Suara Banyumas edisi 28 Mei 2011
Catatan penulis: Sebulan setelah tulisan ini dimuat, jembatan bersejarah itu ambruk.
Sumber: Didi Wahyu http:// didiweha.blog.com/2011/12/10/ jembatan-serayu- cindaga-karya-ir- soekarno/
1 komentar:
kapan posting yang baru lagi
Posting Komentar