Obyek
wisata Jembatan Akar di Kenagarian Puluik-Puluik, Kecamatan Bayang,
Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Foto : Riko Coubout
Tumbuh berseberangan dan membentang di atas sungai batang bayang,
akar batang beringin dan batang kubang terjalin menjadi jembatan.
Masyarakat setempat menyebutnya
Titian Aka. Kokoh berdiri
semenjak ratusan tahun yang lalu. Inilah sajian alam nan indah dan
alami. Keindahan yang disajikan dari generasi ke generasi. Jembatan akar
dengan panjang tigapuluh meter, lebar satu meter dan tinggi delapan
meter ini menjadi daya tarik tersendiri bagi kalangan penikmat wisata
alam.
Pesisir Selatan memang terkenal dengan keindahan tempat-tempat
wisatanya. Tak hanya terkenal dengan keindahan wisata bahari seperti
Pantai Carocok ataupun Kawasan Mandeh, kabupaten ini juga menyimpan
pesona alam yang tak kalah indah dari tempat-tempat wisata lainnya.
Salah satunya adalah keindahan dan keunikan Jembatan Akar.
Bentuk jembatannya yang unik serta terbuat dari akar kayu memang
jarang untuk ditemukan ditempat lain. Tak heran jika banyak orang
berkunjung dan berwisata kesini. Faktor lainnya yang mendukung adalah
kemudahan akses menuju lokasi dan terjangkau.
Obyek wisata Jembatan Akar ini terletak 88 km di bagian selatan kota
Padang, tepatnya di Kenagarian Puluik-Puluik, Kecamatan Bayang,
Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Untuk menuju lokasi ini dapat
ditempuh dengan angkutan umum, travel, motor, mobil sewaan atau mobil
pribadi.
Jembatan Akar memang unik, sebab dirajut dari akar pohon yang tumbuh
di kedua sisi sungai Batang Bayang dan membentuk menjadi jembatan utuh.
Keunikan lainnya adalah jembatan itu semakin kuat seiring pertumbuhan
pohonnya. Hal ini tentu berbeda dengan jembatan biasa yang dibuat dari
kayu atau campuran semen, yang akan melapuk mengikuti umur.
Walau sudah berumur ratusan tahun, akar-akar yang melilit dibadan
jembatan tumbuh besar, saat ini sudah mencapai sebesar paha orang
dewasa. Dengan bertambah besarnya akar-akar tersebut membuat jembatan
tidak mudah goyah sekalipun dilewati oleh sepuluh orang.
Akar
yang terjalin membentuk jembatan pada Jembatan Akar di Kenagarian
Puluik-Puluik, Kecamatan Bayang, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera
Barat. Foto : Riko Coubout
Jembatan akar di Pesisir Selatan ini lebih panjang dari jembatan akar
yang ada di perkampungan Baduy, Banten dan jembatan akar yang ada di
Jepang. Bahkan jembatan yang diperkirakan berumur 100 tahun ini
mempunyai nilai sejarah tinggi.
Konon, jembatan ini dibuat oleh seorang ulama bernama Pakih Sokan bergelar
Angku Ketek, untuk
menghubungkan dua kampung yang dipisah oleh sungai batang bayang.
Jembatan dibangun tahun 1890, tetapi baru dapat digunakan masyarakat
setempat pada 1916. Dengan kata lain, proses merajut akar menjadi
jembatan ini membutuhkan waktu lebih kurang 26 tahun.
Khaidir (83), salah seorang tua kampung Lubuk Silau menceritakan
Pakih Sokan mengajar mengaji di kampung tersebut. Melihat murid-muridnya
kesulitan menyeberangi sungai saat hendak pergi mengaji saat hujan,
Pakih Sokan membuat jembatan dan menanam pohon di kedua sisi sungai.
Seiring waktu, Jembatan Akar itu semakin kokoh dengan akar-akar
seukuran paha orang dewasa, dan tidak goyah meski dilewati oleh sepuluh
orang.
Guna menjamin keselamatan dan keamanan pengunjung, pengelola tempat
wisata itu telah memasang tali penyangga terbuat dari baja guna
mengurangi tekanan/beban dari setiap pengunjung yang melintas. Juga
dibangun jembatan gantung yang berada tidak jauh dari jembatan akar guna
mengurangi fokus perlintasan pengunjung yang datang.
Selain itu Sungai Batang Bayang juga bisa dimanfaatkan untuk olahraga
arung jeram yang cukup menantang karena terdapat banyak batu batu besar
sepanjang badan sungai.
Sungai Batang bayang yang terkenal dengan kejernihan dan kesejukan airnya, juga menjadi daya tarik tersendiri.
Jika pengunjung berdiri di atas jembatan dan memandang sungai, terlihat jelas ikan-ikan
(pareh)
berbagai ukuran berenang kian kemari. Namun tidak diperbolehkan
menangkapnya dalam bentuk apapun. Sebab ikan tersebut “keramat” atau
telah di sumpah
(uduh) oleh masyarakat setempat dan hanya dapat diambil atau di panen pada waktu-waktu tertentu.
Walaupun begitu di jernih dan sejuknya air sungai batang bayang,
pengunjung dapat mandi sepuasnya dengan dikerumuni ikan-ikan. Ada cerita
bahwa muda-mudi yang berenang di sungai itu akan segera mendapatkan
jodoh.
Dasar sungai juga banyak tersedia aneka batu yang bisa diolah menjadi
cincin batu akik. Pengunjung yang tertarik, bisa mengambil batu dengan
menyelam ke dasar sungai atau berburu batu disepanjang tepian sungai.
Obyek
wisata Jembatan Akar di Kenagarian Puluik-Puluik, Kecamatan Bayang,
Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Foto: Riko Coubout
Lucy (33) wisatawan asal Inggris, saat ditemui Mongabay di lokasi mengakui bahwa Jembatan Akar ini sangat unik. “
It’s very beutiful dan saya puas berfoto di tempat ini,” katanya.
Dia sangat penasaran dan merencanakan liburan ke Sumbar untuk
mengunjungi jembatan akar, ketika mengetahui informasi melalui internet.
“Saya ingin sekali bermalam disini, menghirup sejuknya udara pagi serta
mandi di sungai, namun sepertinya tidak ada tempat penginapan atau
homestay dekat lokasi ini,” katanya.
Meski belum ada penginapan, pemda setempat telah membangun fasilitas
parkir di tempat wisata tersebut. Warung-warung yang menjual aneka
makanan dan minuman dan masyarakt sekitar lokasi juga siap melayani
wisatawan.
Jembatan Akar juga bakal makin ramai, karena Pemkab Pesisir Selatan
berencana membangun jalan yang menghubungkan dengan Pemkab Solok.
Biasanya Jembatan Akar ramai dikunjungi wisatawan domestik seperti dari Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Riau, ketika moment
Balimau
atau menjelang Bulan Ramadhan, saat liburan seperti lebaran dan hari
besar. Sedangkan wisatawan manca negara datang setiap waktu di hari-hari
biasa.
Makin ramainya Jembatan Akar dikunjungi wisatawan, tentu akan mengangkat perekonomian masyarakat setempat.
Kelestarian Hutan
Jembatan Akar pada Sungai Batang Bayang yang merupakan penghubung
beberapa kampung, salah satunya Kampung Lubuk Silau, terletak diantara
dua buah gunung yaitu
Gunung Jantan dan
Gunung Batino tempat dimana masyarakat Nagari Puluik-Puluik hidup.
Kampung Lubuk Silau merupakan salah satu kampung yang berada di
lereng Gunung Batino, ekonomi masyarakatnya terfokus pada hasil hutan
bukan kayu. Maka tidak heran jika kita akan menyaksikan rimbunnya hutan
disekitar kampung ini.
Jembatan gantung melengkapi obyek wisata Jembatan Akar dengan latar hutan yang masih asri.
Foto : Riko Coubout
Kejernihan dan kesegaran air Sungai Batang Bayang tidak terlepas dari
fungi hutan yang terjaga di nagari tersebut. Hutan masih terjaga lebat,
tidak ada aktiftas pembalakan membuat kawasan ini tetap terjaga.
Masyarakat setempat tetap komitmen mempertahankan hutan untuk
menghindari ancaman longsor.
Meski begitu, masyarakat masih bisa memanfaatkan hutan untuk
mendukung perekonomian dengan menanami kulit manis, karet, pala, damar,
pinang. Di kawasan yang landai, masyarakat menanam padi dan palawija.
Pengelolaan seperti ini sudah dilakukan masyarakat turun-temurun.
Peladangan yang berada di daerah kelerengan ditanami tanaman berumur
panjang untuk investasi jangkan panjang. Walaupun begitu masyarakat juga
menanam tumbuhan yang dapat dipanen setahun sekali di ladangnya.
SUMBER :
MONGBAY.CO.ID