Selasa, 19 Juli 2016

JEMBATAN KEDIRI



Kisah Jembatan Kediri, 144 tahun kokoh membelah Sungai Brantas

Kisah Jembatan Kediri, 144 tahun kokoh membelah Sungai Brantas
Jembatan lama Kediri. ©2013 Merdeka.com

Merdeka.com - Siapa sangka pada 18 Maret 2013 nanti jembatan lama Kota Kediri berulang tahun ke-144 tahun sejak dioperasikan dan digunakan sebagai jembatan "Groote Postweg" (jalan raya) oleh Kolonial Belanda pada 18 Maret 1869.


Jembatan ini menggunakan konstruksi besi yang dibangun di atas tiang sekrup yang dipasang di dalam sungai. Jembatan di atas Kali Brantas di Kediri adalah jembatan besi yang pertama di Jawa dan dianggap sebagai adikarya zamannya oleh seorang insinyur bernama Sytze Westerbaan Muurling

Data tentang pembangunan jembatan tersebut diperoleh www.merdeka.com dari buku yang sengaja didapatkan dari Belanda dengan judul "Nieuw Nederlandsch Biografisch Woordenboek" penelusuran yang cukup lama untuk mengungkap misteri jembatan yang konon di bawahnya ada buaya putihnya tersebut.

Olivier Johanes, salah satu sumber www.merdeka.com yang ada di Belanda yang juga seorang pengamat budaya Indonesia, adalah orang yang kali pertama menyebutkan tentang sejarah panjang jembatan yang hingga kini masih berfungsi dengan baik untuk sekedar memberikan informasi bahwa jembatan tersebut dibangun di sekitar abad ke 18.

Sangat dimaklumi sebagai penghubung wilayah barat dan timur Kota Kediri jembatan ini sangat diperlukan. Sebab hanya jembatan ini lah yang sebagai penghubung wilayah Madiun dan Surabaya di kala itu.

Lalu siapa sebenarnya Sytze Westerbaan Muurling ini yang juga mendapat julukan sebagai chief engineer di massanya?

Sytze Westerban lahir di Belanda pada 29 November 1836, meninggal dunia. 17 Oktober 1876 di Batavia. Dia adalah anak dari Dr W. Muurling seorang pendeta dan juga seorang profesor teologi.

Westerbaan menerima pendidikan dasar di sekolah Austria, dan juga pendidikan menengah pertama. Tamat SMA, selanjutnya meneruskan kuliah di Huther,Groningen mengambil jurusan hukum, Namun tiga tahun dia berhenti akibat penyakit yang ia derita.

Setelah istirahat beberapa lama dan meninggalkan bangku kuliahnya, pada tahun 1854 ia berhasil ujian masuk untuk Royal Academy di Delft, dan pada tahun 1859 dia memperoleh ijazah insinyur sipil. Atas perintah Menteri koloni 4 Februari 1860 ia diangkat ke direktur pekerjaan umum di Hindia Belanda.

"Ini penemuan menarik yang harus kita informasikan kepada masyarakat, dan karena ini baru Insya Allah dalam 18 Maret nanti kita akan adakan ulang tahun ke-144 jembatan ini," kata Kepala Disbudparpora Kota Kediri Nur Muhyar pada www.merdeka.com, Sabtu (2/3)

Dalam berbagai koleksi foto "Kediri's Photograph Museum" di Ngronggo Kota Kediri, digambarkan beberapa kali jembatan ini diterjang derasnya aliran Sungai Brantas dan yang paling parah adalah pada tahun 1954, pagar-pagarnya robon, namun karena konstruksinya yang luar biasa menjadikan jembatan ini tak bergeser sedikitpun.

Sungai Brantas sendiri adalah sungai terpanjang kedua di Pulau Jawa setelah Bengawan Solo. Panjang Sungai Brantas sendiri kurang lebih 320 km.

Sungai Brantas bermata air di Desa Sumber Brantas (Kota Batu) yang berasal dari simpanan air Gunung Arjuno, lalu mengalir ke Malang, Blitar, Tulungagung , Kediri, Jombang dan Mojokerto.

Di Kabupaten Mojokerto sungai ini bercabang dua menjadi Kali Mas (ke arah Surabaya) dan Kali Porong (ke arah Porong, Kabupaten Sidoarjo). Kali Brantas mempunyai DAS seluas 11.800 dari luas Provinsi Jatim. Panjang sungai utama 320 km mengalir melingkari sebuah gunung berapi yang masih aktif yaitu Gunung Kelud Kediri.

  SUMBER :
  MERDEKA.COM

Tidak ada komentar: