Minggu, 07 Desember 2014

JEMBATAN PETEKAN

Jembatan Petekan, Surabaya

 
 
 
 
 
 
Rate This

Banyak sudah keberhasilan pembangunan dan penghargaan yang diraih kota tercinta Surabaya ini. Namun dibalik itu semua, ternyata masih kurang menghargai sejarah kota, sebuah pemandangan fisik yang kurang mengenakan mata.  Adalah jembatan Petekan yang membentang di atas Kalimas. Jembatan yang dibangun pada masa koloni Belanda itu, sudah bertahun-tahun tidak lagi berfungsi. Bahkan, kini nasib kerangka jembatan dari besi baja itu dibiarkan rusak. Konon keberadaan jembatan Petekan memiliki nilai sejarah yang cukup tinggi.
Meskipun, sebelumnya sempat tersebar berita, badan jembatan akan dibongkar karena tak lagi berfungsi. Tapi, para pecinta sejarah bersikukuh mempertahankannya. Sayangnya, bangunan jembatan yang dulunya bisa dipetek (distel) membuka dan menutup sendiri itu tidak dirawat. Akibatnya, jadi pemandangan onggokan besi rongsokan. Besi tua. Pondasi jembatan sudah banyak yang keropos, hanya tinggal tiang penyanggah dan kerangka layang-layang masih bertahan. Sumli, salah seorang tokoh masyarakat di Kalimas Baru merasa bahwa kondisi jembatan Petekan itu sengaja dibiarkan sampai karatan (berkarat). Jika, pemerintah daerah (Pemda) mau melestarikan jembatan Petekan, sebaiknya kondisi jembatan itu bisa dihidupkan, seperti semula (bisa dipetek).
Sebenarnya, ia tidak setuju, jika jembatan kuno itu dirobohkan. Tetapi jikalau nasibnya dibiarkan begitu saja berarti sama dengan  menelantarkan jembatan bersejarah. “Jika sudah tak bisa berfungsi, sebaiknya jembatan Petekan bisa dipercantik lagi. Kiat ini tentu akan mengundang daya tarik wisatawan,” saran Sumli yang juga aktif di takmir masjid setempat. Jembatan Petekan itu sudah cukup lama tidak dilalui kendaraan. Sebagai penggantinya, kini telah dibangun dua jembatan kembar yang berada di sebelah kanan dan kiri jembatan Petekan. Dengan tidak berfungsinya jembatan Petekan, maka sudah dapat dipastikan bangunan jembatan itu akan tetap menjadi pemandangan yang memilukan. Malahan, kini kondisi di bawah jembatan Petekan menjadi kumuh. Banyak warung makanan bermunculan, sehingga terkesan jorok dan kotor.
Nama jembatan Petekan yang berada di wilayah Surabaya Utara sudah tidak asing lagi. Entahlah, sampai kapan, nasib jembatan gantung itu terkatung-katung. Bagi warga dari luar Surabaya banyak yang bertanya-tanya, tentang arti nama jembatan itu. Namun setelah tahu bahwa arti dari nama Petekan adalah bisa dipetek (distel). Maka, barulah para warga luar Surabaya, menyambutnya dengan senyum, sambil mangut-mangut. Jembatan itu dulunya memang bisa dipetek, kapal-kapal kecil bisa menyusuri sungai kalimas. Tapi sekarang malah matek (mati),” ungkap sesepuh warga setempat. (ichsan pribadi)
Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur:   MEMORANDUM, Bekerja dan Membela Tanah Air, Senin, 15 Mei 1997 . hlm.11

Tidak ada komentar: