Jembatan Petekan, Surabaya
Banyak
sudah keberhasilan pembangunan dan penghargaan yang diraih kota
tercinta Surabaya ini. Namun dibalik itu semua, ternyata masih kurang
menghargai sejarah kota, sebuah pemandangan fisik yang kurang mengenakan
mata. Adalah jembatan Petekan yang membentang di atas Kalimas.
Jembatan yang dibangun pada masa koloni Belanda itu, sudah
bertahun-tahun tidak lagi berfungsi. Bahkan, kini nasib kerangka
jembatan dari besi baja itu dibiarkan rusak. Konon keberadaan jembatan
Petekan memiliki nilai sejarah yang cukup tinggi.
Meskipun, sebelumnya sempat tersebar berita,
badan jembatan akan dibongkar karena tak lagi berfungsi. Tapi, para
pecinta sejarah bersikukuh mempertahankannya. Sayangnya, bangunan
jembatan yang dulunya bisa dipetek (distel) membuka dan menutup sendiri
itu tidak dirawat. Akibatnya, jadi pemandangan onggokan besi rongsokan.
Besi tua. Pondasi jembatan sudah banyak yang keropos, hanya tinggal
tiang penyanggah dan kerangka layang-layang masih bertahan. Sumli, salah
seorang tokoh masyarakat di Kalimas Baru merasa bahwa kondisi jembatan
Petekan itu sengaja dibiarkan sampai karatan (berkarat). Jika,
pemerintah daerah (Pemda) mau melestarikan jembatan Petekan, sebaiknya
kondisi jembatan itu bisa dihidupkan, seperti semula (bisa dipetek).
Sebenarnya, ia tidak setuju, jika jembatan kuno itu dirobohkan.
Tetapi jikalau nasibnya dibiarkan begitu saja berarti sama dengan
menelantarkan jembatan bersejarah. “Jika sudah tak bisa berfungsi,
sebaiknya jembatan Petekan bisa dipercantik lagi. Kiat ini tentu akan
mengundang daya tarik wisatawan,” saran Sumli yang juga aktif di takmir
masjid setempat. Jembatan Petekan itu sudah cukup lama tidak dilalui
kendaraan. Sebagai penggantinya, kini telah dibangun dua jembatan kembar
yang berada di sebelah kanan dan kiri jembatan Petekan. Dengan tidak
berfungsinya jembatan Petekan, maka sudah dapat dipastikan bangunan
jembatan itu akan tetap menjadi pemandangan yang memilukan. Malahan,
kini kondisi di bawah jembatan Petekan menjadi kumuh. Banyak warung
makanan bermunculan, sehingga terkesan jorok dan kotor.
Nama jembatan Petekan yang berada di wilayah
Surabaya Utara sudah tidak asing lagi. Entahlah, sampai kapan, nasib
jembatan gantung itu terkatung-katung. Bagi warga dari luar Surabaya
banyak yang bertanya-tanya, tentang arti nama jembatan itu. Namun
setelah tahu bahwa arti dari nama Petekan adalah bisa dipetek (distel).
Maka, barulah para warga luar Surabaya, menyambutnya dengan senyum,
sambil mangut-mangut. Jembatan itu dulunya memang bisa dipetek,
kapal-kapal kecil bisa menyusuri sungai kalimas. Tapi sekarang malah matek (mati),” ungkap sesepuh warga setempat. (ichsan pribadi)
Artikel di atas dinukil oleh Tim Pustaka
Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan
Provinsi Jawa Timur: MEMORANDUM, Bekerja dan Membela Tanah Air, Senin, 15 Mei 1997 . hlm.11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar